Friday, April 12, 2013

AL-MASKHU : REINKARNASI DALAM ISLAM

Pengertian Al-Maskhu

Kata “reinkarnasi” asalnya dari kata re+in+ carnis. Kata latin carnis berarti daging, Incarnis artinya mempunyai bentuk manusia. Sedangkan reinkarnasi adalah masuknya jiwa ke dalam tubuh yang baru. Dalam bahasa jawa disebut tumitis merujuk kepada kepercayaan bahwa seseorang itu akan mati dan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain. Yang dilahirkan itu bukanlah wujud fisik sebagaimana keberadaan kita saat ini. Yang lahir kembali itu adalah jiwa orang tersebut yang kemudian mengambil wujud tertentu sesuai dengan hasil pebuatannya terdahulu.

Jadi, jiwanya adalah jiwa yang sudah ada, tapi jasadnya baru. Maka, reinkarnasi juga dapat disebut kelahiran kembali. Kondisi ini disebut pula sebagai migrasi jiwa. Artinya, jasad lama ditinggalkan alias mati, dan pada suatu kesempatan jiwa tersebut masuk ke dalam jasad baru, alias menjadi bayi kembali. Dalam bahasa Inggris reinkarnasi disebut sebagai reborn atau reembodiment.

Di dalam Islam tidak ada istilah reinkarnasi, karena kata tersebut berasal dari kata latin, akan tetapi ada sebuah konsep dalam al-Qur’an dan Hadits yang menceritakan bahwa manusia karena pengaruh dosa dan maksiat dapat berubah wujud menjadi  hewan dan batu dalam bahasa arabnya disebut al-maskhu.

Al-maskhu mempunyai arti perubahan bentuk sesuatu menjadi bentuk yang lebih jelek, suatu contoh Allah merubah bentuknya menjadi kera. Azhari berkata dalam "Mu'jam Tahdzibu al-Lughoh", Al-Laits berkata: al-maskhu adalah  perubahan suatu bentuk ciptaan ke bentuk lain. Demikian  juga berubah menjadi ciptaan yang cacat atau rusak. Raghib Isfahani menjelaskan dalam "Mufrodat al-fadz al-Qur'an" al-maskhu adalah perubahan bentuk makhluk  dari bentuk aslinya  menjadi bentuk lainnya. Ibnu Mandzur berkata: al-maskhu adalah perubahan bentuk sesuatu menjadi lebih jelek dari asalnya. Muhammad Reza berkata: Allah merubahnya menjadi kera maksudnya adalah menjadikan jelek bentuk wajahnya. Berkata al-Qurtuby dalam tafsirnya "al-Jami'" ketika menafsirkan sebuah ayat dari surat yasin ayat 67:
وَلَوْ نَشَاءُ لَمَسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا وَلا يَرْجِعُونَ
Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami rubah mereka di tempat mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali. (Qs.Yasin [36] : 67 )

Al-Qurtuby menjelaskan: dirubah bentuknya dan hatinya menjadi batu, binatang, benda yang tidak bernyawa. dia berkata; dan telah terjadi perubahan bentuk yaitu manusia dirubah menjadi binatang, kemudian binatang tersebut tidak bisa berfikir dan tidak mempunyai kedudukan yang jelas.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa al-maskhu adalah perubahan bentuk manusia menjadi hewan atau menjadi bentuk yang lebih jelek. Maka dari pengertian tersebut ternyata mempunyai kesamaan dengan konsep reinkarnasi hanya bahasa dan istilahnya yang berbeda. Untuk seterusnya agar tidak membingungkan pembaca al-maskhu dengan reinkarnasi adalah mempunyai arti yang sama.


Dalil  Al-Maskhu (Reinkarnasi)
Selama ini  kebanyakan orang menentang adanya reinkarnasi, karena hal tersebut tidak dimuat dalam al-Qur’an maupun hadits, padahal jika mau teliti dan seksama ternyata banyak sekali ayat-ayat dan hadits yang menjelaskan perubahan wujud manusia benjadi bentuk lain. Yang paling fenomenal adalah tentang  ummat Nabi Musa dikutuk menjadi kera dan babi yang direkam dalam al-qur’an.
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina".(QS. Al-Baqarah: 65)
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?" Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah: 60)

فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah kamu kera yang hina.(QS. Al-A'raf[7]: 166)

Kelompok penentang reinkarnasi menganggap ayat di atas tidak ada hubungan sama sekali dengan reinkarnasi, melainkan kisah di atas adalah orang-orang Bani Israil yang dikutuk oleh Allah menjadi babi dan kera. Suatu keanehan, satu sisi tidak mempercayai reinkarnasi, tetapi  meyakini adanya kutukan terhadap manusia menjadi hewan, bukankah hal itu sama saja? hanya beda bahasa.

Alasan lain keberatan mereka adalah jika ayat di atas adalah tentang reinkarnasi, maka terjadi setelah kematian, baru terlahir kembali menjadi hewan. Sedangkan ayat di atas menjelaskan perubahan manusia menjadi hewan saat hidupnya.

Ada juga ulama’ yang mengartikan al-maskhu bukan perubahan bentuk fisik akan tetapi mempunyai arti watak atau berakhlak hewan, seperti pendapatnya Imam Mujahid yang dimaksud dengan “Kera yang hina” itu adalah hati mereka berubah  berperilaku kera, bukan bentuk tubuh mereka yang menjadi kera, sebagaimana perumpa- maan lainnya yaitu:
كَمَثَلِ ٱلحِمَارِ يَحمِلُ أَسفَارَۢا‌
Seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal (Qs. Al-Jumuah[62]  : 5)
Pendapat seperti di atas banyak diikuti oleh para ahli tafsir modern.
Pendapat di atas kelihatannya benar, akan tetapi ada beberapa kelemahan:

1. Jika  memang  ketiga ayat tersebut tentang perubahan manusia  menjadi kera adalah hanyalah bentuk perumpamaan di dalam al-Qur’an, seperti perumpamaan khimar yang membawa kitab adalah tidak tepat. Dalam ayat
كَمَثَلِ ٱلحِمَارِ يَحمِلُ أَسفَارَۢا‌
Seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal (Qs. Al-Jumuah[62]  : 5)
Dari awal sudah ada kata “Ka” yang artinya adalah seperti, sedangkan dalam ayat al-baqoroh ayat 65, al-Maidah ayat66, al-‘Arof ayat 166, tidak ada kata “Ka” (seperti). Bahkan menggunakan kata  kerja “Jadilah” (kunu).

2. Andaikata ayat-ayat tersebut mengisahkan tentang perumpaan bahwa orang yahudi seperti kera, maka hal tersebut tidak menghebohkan, dan itu bukan d bagian dari adzab yang pedih, karena orang lain tidak mengetahui hakekat mereka sebab bentuknya tetap menjadi manusia.

3. Banyak sekali riwayat (hadits) yang menegaskan kisah di atas melalui jalur yang sohih. Salah satunya adalah:
Aku mendengar ['Abdurrahman bin Ghanm Al Asy'ari] ia berkata; telah menceritakan kepadaku Abu Amir atau [Abu Malik] -demi Allah- ia tidak mendustaiku bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Benar-benar akan ada dari umatku orang-orang yang menghalalkan sutera." Lalu ia menyebutkan redaksi lain, beliau bersabda: "Salah seorang dari mereka diubah menjadi kera dan babi hingga hari kiamat." Abu Dawud menyebutkan, "Ada dua puluh orang atau lebih dari sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenakan sutera, salah seorang di antara mereka adalah Anas dan Al bara bin Azib."

Beda lagi menurut  Sayyid Qutb dalam kitab tafsirnya  Fii Dzilalil Qur’an ketika menafsirkan “Jadilah kera yang hina” menjelaskan: Bagaimana mereka menjadi kera?  Dan apakah yang telah berlaku kepada mereka selepas menjadi kera? Apakah mereka telah pupus sebagaimana pupusnya setiap makhluk yang keluar dari jenisnya? Apakah mereka beranak pinak selepas mereka menjadi kera? Dan lain-lain pertanyaan yang dibangkitkan oleh riwayat-riwayat pentafsiran. Semua pertanyaan-pertanyaan itu tidak diterangkan di dalam al-Qur’anul-Karim.

Begitu juga tidak ada sesuatu hadis dari Rasulullah s.a.w yang menjelaskan perkara-perkara ini. Oleh sebab itu kita tidak perlu mengarungi persoalan persoalan yang seperti itu.
Keberatan-keberatan di atas, adalah salah satu bukti bahwa banyak para ulama’ yang menentang reinkarnasi dalam Islam.  Memang benar walaupun ayat di atas menceritakan saat hidup bani Israil  dikutuk menjadi babi dan kera, justru ayat di atas sangat mendukung sekali dengan adanya konsep reinkarnasi. Jika reinkarnasi dianggap mustahil, maka dengan adanya ayat di atas menunjukkan bagi Allah tidak ada kemustahilan, bahkan sebelum matipun manusia bisa  berubah wujudnya, karena akibat dosa mereka. 

Source : http://cahayagusti.blogspot.com

No comments:

Post a Comment