Ngerebong sendiri berasal dari kata
ngerebong yang artinya berkumpul. Masyarakat setempat percaya bahwa pada hari
ngerobong adalah hari dimana para dewa berkumpul. Pusat dari tradisi ini dilakukan
di Pura Petilan daerah Kesiman Denpasar. Biasanya jalan-jalan akan ditutup
penuh mengingat tradisi ini dianggap sakral. Sebelum acara puncak dimulai
biasanya masyarakat sudah memenuhi area acara dengan adanya beberapa suguhan
seperti alunan musik tradisional, bunga-bungaan dalam tempayan cantik, serta
penjor-penjor. Masyarakat mengawali upacara ini dengan sembahyang di Pure
tersebut. Suasana semakin riuh ditambah dengan adanya acara adu ayam di
wantilan (bangunan menyerupai bale-bale).
Puncak acara dari tradisi Ngerebong
ini ditandai dengan penyisiran jalan oleh pecalang (polisi adat setempat).
Kemudian para pemedek keluar dari pura untuk melanjutkan ritualnya dengan
mengelilingi wantilan tempat adu ayam tadi sebanyak 3 kali putaran. Pada saat
mengitari wantilan beberapa pemedek akan mengalami kesurupan/kerasukan dengan
berteriak, menggeram, menangis sambil menari diiringi alunan musik tradisional.
Selama kerasukan pemedek melakukan
tindakan berbahaya seperti menghujamkan keris pada dada, leher, bahkan ubun-ubun.
Namun anehnya tidak satupun pemedek yang berdarah akibat hujaman keris tadi.
Ritual ini dinamakan ngurek. Konon mengapa pemedek tadi tidak berdarah
meskipun telah dihujamkan keris berkali-kali adalah karena adanya kekuatan
magis dari roh yang menguasai tubuh pemedek. Selain para pemedek, ada juga
barong dan rangda yang ikut menari dalam ritual ini. ritual ini akan berakhir
saat matahari tenggelam. Roh-roh tadi dipulangkan kealamnya dengan menggiring
para pemedek ke dalam pura yang disana telah ada seorang Pemangku. Pemangku
tadi yang memiliki kuasa apakah roh tetap tinggal atau pergi. Kemudian setelah
roh-roh keluar dari jasad pemedek, dilanjutkan dengan tarian dewa yang menjadi
penutup tradisi ngerebong ini. Upacara Ngerebong itu sendiri bertujuan untuk
mengingatkan umat hindu melalui ritual sakral tadi untuk terus memelihara
keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan
manusia dengan alam. Tidak jelas asal-usul dari tradisi Ngerebongan ini, namun
masyarakat sekitar terus mempertahankan tradisi ini sebagai bagian dari
kehidupan mereka.
Bali memang kaya akan tradisi, hal
itulah yang membuat Pulau Dewata ini menjadi menarik untuk dikunjungi. Tradisi
Ngerebong ini pun tidak hanya tertutup untuk masyarakat Bali saja, melainkan
juga terbuka bagi masyarakat umum yang ingin menyaksikan. Namun untuk bisa
menikmati keunikan tradisi tersebut, kalian diharuskan memakai pakaian
tradisional khas Bali. Menarik bukan?
source : palingindonesia.com



No comments:
Post a Comment