
Jika kita mendengar kata musik, banyak hal yang akan terlintas di pikiran
kita. Menurut KBBI musik adalah ilmu atau seni menyusun nada untuk menghasilkan
suara yang mempunyai kesinambungan atau suatu bunyi terhadap sesuatu yang
ditangkap oleh indera pendengar. Namun arti musik sebenarnya bukan hanya sebuah
susunan nada ataupun bunyi yang kita tangkap lewat telinga kita, lebih dari itu,
musik adalah ‘sahabat’ yang selalu menemani kita sepanjang hari, musik juga
bisa berarti media untuk berkreasi, cara lain untuk menyampaikan pesan hingga
sebuah mata pencaharian.
Apapun arti kata musik, kita tidak akan bisa mengelak bahwa musik ada dalam
keseharian kita. Dan jika melihat perkembangan musik di Indonesia sekarang ini,
telah menjadi sebuah industri kreatif yang semakin berkembang dan menjadi salah
satu identitas bangsa kita [musik indonesia]. Jika musik memang identitas
bangsa dan berada dalam keseharian kita kenapa kita tidak memakai musik sebagai
alat/media untuk mencerdaskan bangsa kita?
Saya akan mengajak untuk sedikit melihat kebelakang perkembangan musik kita
di tanah air. Pada abad ke-15 penggunaan musik sudah menjadi cara tersendiri untuk
menyampaikan pesan, Sunan Bonang seorang sunan yang melakukan penyebaran agama
Islam di pulau jawa menciptakan tembang-tembang yang syarat dengan pesan dan
ajaran agama Islam, karena lewat musik, ajaran yang disampaikan akan lebih
mudah diterima oleh rakyat dan diresapi dengan baik. Hingga saat ini tembang
‘Tombo ati’ yang diciptakan oleh sunan Bonang masih dilantunkan oleh Opick. Dan
jika kita melongok pada tahun 90-an kita akan menemukan beberapa musik yang
masih membekas pada ingatan kita seperti duet Saskia dan Geofanny dengan Titiek
Puspa yang mengajarkan kita betapa pentingnya menabung, Oppie Andaresta dan
Trio Kwek-kwek yang mengajarkan kita untuk selalu ingat dengan pesan orang tua,
Joshua Suherman yang memberikan manfaat dari penggunaan air hingga mengajak
kita untuk tidak menebang hutan dan melindungi hewan-hewan yang di hutan kita.
Berbicara tentang musik dan lagu anak-anak Indonesia juga tidak akan lepas
dari sosok Pak A.T. Mahmud. Pencipta lagu anak-anak dan juga mantan Tentara
Pelajar ini menciptakan lebih dari 40 lagu anak-anak, seperti Lagu Pelangi,
Anak Gembala, Amelia dan Ambilkan bulan bu yang masih melegenda di telinga
kita. Kita juga memiliki sosok Sandiah dan Soerjono atau yang lebih kita kenal
dengan Bu Kasur dan Pak Kasur, tokoh pendidikan Indonesia dan pendiri Taman
Kanak-kanak (TK) Mini. Lagu balonku, Dua mata saya, Selamat pagi bu guru dan
Topi saya bundar adalah beberapa lagu yang diciptakan Pak Kasur. Semua lagi itu
penuh dengan pesan pendidikan, pesan moral dan pembentukan karakter yang sangat
dibutuhkan calon generasi penerus bangsa.
Tetapi sungguh sangat disayangkan, dibalik berkembangnya industri musik
Indonesia terjadi sebuah kemerosotan moral, pendidikan dan budaya. Mengapa saya
beranggapan seperti itu, kita bisa melihat sendiri lewat layar televisi
dimana setiap pagi hingga malam kita dihibur oleh acara musik yang sebenarnya
sama sekali tidak memberikan pesan positif didalamnya hanya sekedar memanjakan
telinga, tidak lebih dari itu. Contoh paling gampang, jika kita berada di
persimpangan jalan dan mendengarkan seorang anak pengamen mendendangkan sebuah
lagu, yang akan kita dengar adalah lagu-lagu yang bertemakan cinta,
pengkhianatan, perselingkuhan, perpisahan bahkan hingga kekerasan dan
pelecehan. Semua lagu itu diramu dan dikemas apik oleh nada-nada yang menarik
dan mudah dihafalkan oleh seorang anak kecil. Lagu-lagu bertema itu semua
dirasa terlalu ‘berat’ untuk dikonsumsi anak-anak Indonesia dan tidak mendidik
bangsa kita. Dengan kondisi seperti ini, anak-anak Indonesia cenderung lebih
‘dewasa’ sebelum waktunya dikarenakan hebatnya pesan yang disampaikan lewat
musik yang masuk ke otak mereka. Sudah tidak adanya penggolongan genre lagu
berdasarkan usia dan dengan banyaknya lagu bertemakan cinta, apakah membuat
bangsa kita jadi lebih cinta damai atau malah membuat bangsa kita menjadi
‘lebay’. Apa ini pantas untuk anak-anak kita?, Apa ini kondisi yang diinginkan
bangsa kita?
Sebenarnya masih banyak musisi yang masih berpegang teguh dengan
prinsip-prinsip lama, yang selalu berusaha untuk mendidik bangsa, menyampaikan
pesan positif, mengajak untuk berbuat baik dan mengkritisi isu-isu moral yang
terjadi. Saya akan melihat seorang Bondan Prakoso, mantan penyanyi cilik di era
80-an yang telah merilis 8 album anak –anak dengan single hits-nya ‘Si
Lumba-Lumba’ yang hingga hari ini masih bisa kita dengar di Gelanggang Samudra
Ancol atau menjadi lagu pengiring seorang ibu ketika menyuapi anaknya makan.
Tidak berhenti sampai disitu, dedikasinya terhadap musik merubah dia menjadi
seorang bassist dari group alternative yang menyabet 2
penghargaan AMI Award pada awal tahun 2000 dan beberapa tahun terakhir dia
berhasil meraih penghargaan musik tertinggi Indonesia ketiga kalinya bersama
group rap yang dipimpinnya.
Dedikasi tinggi terhadap musik Indonesia dan karya yang berkualitas yang
memberikan pesan positif dan mendidik untuk jadi lebih baik adalah salah satu
cara untuk mencerdaskan bangsa kita lewat musik. Musik yang bisa membekas di
ingatan kita, bukan musik yang datang dan pergi di ingatan kita. Musik yang
bisa mempengaruhi kita untuk membuat hidup kita jadi lebih baik, bukan musik
yang menyesatkan kita sehingga semakin terpuruk. Bukan hal yang tidak
mungkin karena lewat musik kita bisa mempersatukan dan mencerdaskan suatu
bangsa.
Source : http://mascaaa.wordpress.com
No comments:
Post a Comment