Friday, April 12, 2013

Mendidik atau Merusak?


Salah satu bisnis yang sedang ngetren saat ini, adalah warung internet (warnet) dan game playstation. Bak jamur yang tumbuh dimusim hujan menyebar di sudut-sudut kota, ada di komplek ruko, mal, bahkan sampai ada di kawasan perumahan jalan sempit di Jakarta. Internet semakin lama semakin mudah diakses dan mudah terjangkau oleh orang yang berkantung tipis atau pas-pasan. Pilihan konten internet juga semakin banyak dan bervariasi jenisnya. Hampir di semua warnet banyak menyediakan game online. Jika awal mula munculnya bilik-bilik warnet secara umum di kunjungi oleh orang dewasa, tetapi saat ini malah justru anak-anak dan remaja yang menyerbu masuk ke warnet.
Semakin membludaknya anak-anak dan remaja yang masuk ke bilik-bilik warnet, merupakan fenomena baru di dalam dunia anak-anak zaman sekarang. Mereka (anak-anak) hidup dalam generasi informasi teknologi (IT). Bentuk gaya permainannya mengikuti perkembangan zaman era IT, hal ini dapat dilihat dengan ditandai kemudahan mengakses internet. Dari mulai Orang dewasa, remaja, hingga anak-anak sekolah dasar (SD) berbaur di sana. Di dalam warnet suara hiruk pikuk keluar dari speeker monitor komputer, dan mereka (para anak-anak dan remaja) sibuk di dunia maya dalam permainan virtual masing-masing, hingga bisa berjam-jam lamanya mereka di warnet.
Banyak anak-anak di bawah umur (SD) dan remaja menghabiskan waktu dan uangnya di warnet sampai berjam-jam lamanya. Mereka tidak lagi merasa nyaman atau betah tinggal di rumah sendiri. Dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya warnet yang buka 24 jam, pada anak-anak dan remaja, membuat mereka lupa membuat tugas-tugas sekolah (PR) bahkan beberapa dari anak dan remaja yang sudah kecanduan nongkrong di warnet sampai pagi hari, karena mereka malas pulang kerumah. Polusi suara setiap malam sangat mengganggu lingkungan sekitarnya. Dan yang lebih parah lagi mereka ada yang sampai keluar dari sekolah alias berhenti. Untuk katagori anak-anak yang masih penurut dan patuh dengan orang tua, mereka masih bisa diarahkan. Tahu diri dengan kewajiban sebagai seorang anak yang harus menghormati orang tua. Celakanya lagi ada anak dan remaja yang sudah berani melawan orang tuanya. Kecanduan anak tehadap warnet membuat lupa akan dirinya bahkan warnet dijadikan sebagai rumah keduanya. Keadaan ini diperparah lagi kalau orang tua kurang atau bahkan tidak peduli dalam mendidik anaknya.
Keberadaan warnet buka 24 jam, jelas berpengaruh pada prestasi dan kelanjutan pendididkan anak, dampak negatif lain dari kecanduan game online tersebut adalah munculnya kejahatan atau aksi kriminal yang dilakukan oleh anak dan remaja. Bila terdesak kebutuhan untuk bermain terus di warnet, orang tuanya yang akan di jadikan sebagai Bank penyimpan uang. Kebanyakan permainan game online yang disenangi anak-anak berbentuk penuh aksi dan tantangan, yang secara tidak disengaja akan mengajarkan anak untuk menirunya. Disaat orangtua tidak mau memberi uang, maka di saat itu pula timbul niat jahat untuk mencuri. Biasanya perbuatan jahat tidak dilakukan sendiri, tetapi mengajak anak lain yang senasib. Mereka membentuk kelompok atau komunitas sendiri. Sasaran pencuriannya macam-macam, ada yang mencuri sepeda motor, helm, tabung gas , kios pulsa, sampai pada ikan di pasar. Pokoknya apa yang dilakukan oleh anak-anak demi terlampiaskannya napsu bermainnya di warnet. Kejahatan anak tidak sampai disitu saja, kasus pencabulan dengan korban dan pelaku anak juga meningkat seiring dengan kemudahan mengkases internet. Ini disebabkan sistus situs porno yang masih bisa diakses tanpa ada pemblokiran. Remaja mudah tergoda dan mempraktekkannya, salah satu kasus misalnya, operator warnet yang masih remaja beberapa kali mencabuli pacarnya yang masih pelajar di salah satu bilik warnet beberapa waktu lalu di Batam. Kesimpulannya dengan keberadaan warnet yang buka sampai 24 jam, sangat merusak mental dan pendidikan, akhlak anak-anak di masa depan.
Source : http://www.pdii.lipi.go.id

No comments:

Post a Comment