Ketika kita mengunjungi daerah-daerah wisata, banyak keindahan-keindahan
alam dan budaya yang bisa kita nikmati sebagai rahmat dan anugrah dari Tuhan
Yang Maha Esa. Namun momen indah tersebut malah kita lewatkan dengan
menyibukkan diri berfoto ria kesana-kemari. Sudah seharusnya kita mempelajari
dan melestarikan budaya-budaya yang ada agar generasi penerus masih bisa
menikmatinya, serta mengembangkan nilai-nilai budaya daerah yang membangun
kebanggaan masyarakat terhadap daerah, sekaligus bangsa Indonesia.
Seiring dengan perkembangan zaman, nilai budaya tradisional mulai terlupakan
oleh generasi muda akibat teknologi. Untuk itu saatnya memberikan pelajaran
tentang budaya kepada generasi muda terutama di kalangan usia sekolah, dengan
melibatkan mereka dalam seluruh kegiatan budaya tradisional, agar mereka
mengerti betapa pentingnya budaya yang tidak hanya sebagai ciri khas suatu
daerah tetapi juga menceritakan kehidupan para pendahulu kita.
Melalui budaya suatu daerah bisa
terkenal dimana-mana. Untuk itu budaya tradisional tidak bisa dibiarkan begitu
saja. Kepedulian kita semua untuk menanamkan rasa percaya diri bagi generasi
muda bahwa ternyata budaya tradisional zaman dulu tidak ketinggalan, tetapi
masih sangat relevan dengan budaya-budaya saat ini.
Masalah merampingnya kebudayaan
Indonesia akhir-akhir ini menjadi perbincangan di kalangan seniman dan
budayawan. Hal itu berarti bahwa sebenarnya kalangan seniman dan budayawan
bukan bereaksi menghadapi realitas dan masalah yang timbul, melainkan mereka
sekedar bereaksi menanggapi masalah dan realitas itu.
Pejabat pemerintah yang punya
kompetisi dengan kesenian tradisional supaya citra negara terangkat dimata
dunia dan pencaturan International, masih berdiri dengan perjanjian (konvensi)
lama, negara dan pejabat negera hanya memfungsikan kesenian Indonesia untuk
kepentingan praktis, karena titik tolak pandangan dan sikapnya masih pada batas
bahwa kesenian tradisional dan modern adalah instrumen kegiatan ritual.
Hal itu tidak membutuhkan perhatian
dalam porsi yang besar, yang sama dengan sektor-sektor kehidupan lain tidakkah
jatah untuk kebudayaan hanya 2,7 persen dari ranangan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (RAPBN) pada berita terakhir.
Kebudayaan masih dianggap instrumen
yang berfungsi praktis, umpamanya untuk tujuan pelancongan (turisme) bagi peningkatan
sumber devisa negara, para seniman yang mengembangkan etos kebudayaan masih
bergulat dengan banyak pihak kearah perbaikan kesenian Indonesia di masa depan.
Raudal Tanjung Banua mengatakan, bahwa tataran kebudayaan dengan kemungkinan
nasionalisme kebudayaan tidak terlalu digali, bahkan cendrung dinibsikan. Akan
tetapi dari proyek nasionalisme yang mengotamakan arus negara itu,
bangsa-bangsa diringkus menjadi sekedar suku bangsa. Disusun sebuah ruang
kebudayaan yang lebih lapang telah dihilangkan, demi kemauan politis.
Perlu di pahami kita
memperbincangkan tergusurnya kedudukan kebudayaan sebagai suatu pranata sosial.
itu tidak membicarakan budaya secara detail.bukan juga nilai budaya masyarakat.
Ini perlu ditekankan karena perbincangan tentang tergusurnya peran sosial
budaya sering di pahami secara keliru sebagai kritik atau tuduhan terhadap
sosial budaya. Seakan- akan gejala ini saya kira merupakan kesalahan pihak
budayawan.
Kesalah fahaman seperti itu,
merupakan akibat dominasi tradisi romantisme yang terlalu menekankan aspek
individual budayawan dan nilainya. Mengabaikan kebudayaan sebagai pranata
sosial. menyebut nasib pranata kebudayaan dianggap sebagai serangan pribadi
terhadap para budayawan.
Akibatnya, budayawan yang berwawasan
sempit menyangkal terjadinya gejala pengerdilan dan penggusuran kebudayaan
dalam pembangunan. Karena merasa di serang, mereka membela diri dan membela
status quo dengan mengatakan kebudayaan sekarang baik- baik saja, kalau ada
penilaian yang negatif atas perkembangan budaya, maka itu di anggap sebagai
kegagalan atau ketololan para kritikus budaya yang kurang paham kepada
kebudayaan.
Model hubungan inilah, kita
menampilkan cara-cara pemahaman yang baru sebagai paradigama postrukturalisme,
dengan melibatkan sebagai disiplin yang lain, yang kemudian melahirkan
pemahaman kebudayaan-kebudayaan yang bernuansa Islami dan berpegang teguh pada
agama itu sendiri. Kondisi masyarakat Indonesia yang dinamis sebagai akibat
hubungan antara agama dan kebudayaan. Penelitian dan studi kultural perlu
ditekankan untuk dapat memberikan sumbangan yang positif dalam rangka
mengungkapkan latar belakang sosial khususnya yang ada di Indonesia, sehingga
agama dan kebudayaan benar-benar memiliki arti bagi masyarakat luas.
Source : http://anandyabayu.blogspot.com


No comments:
Post a Comment